Rabu, 30 November 2011

suksesi tumbuhan


Suksesi Tumbuhan

I.1. Latar Belakang
Perubahan-perubahan yang terjadi dalam komunitas dapat dengan mudah diamati dan seringkali perubahan itu berupa pergantian satu komunitas oleh komunitas lain. Dapat kita lihat misalnya pada sebidang kebun jagung yang setelah panen ditinggalkan dan tidak ditanami lagi. Disitu akan bermunculan berbagai jenis tumbuhan gulma yang membentuk komunitas. Apabila lahan itu dibiarkan cukup lama, dalam komunitas yang terbentuk dari waktu ke waktu akan terjadi pergantian komposisi jenis (Resosoedarmo,1990).
Pada masa awal dapat saja komunitas yang terbentuk tersusun oleh tumbuhan terna seperti badotan, rumput pahit, rumput teki, dan sebagainya. Tetapi beberapa tahun kemudian di tempat yang sama, yang terlihat adalah komunitas yang sebagian besar tersusun oleh tumbuhan perdu dan pohon seperti kirinyu, senduduk, laban, dan sebagainya, atau dapat pula hanya terdiri atas alang-alang. Bila tidak terjadi gangguan apa pun selama proses tersebut berjalan akan terlihat bahwa perubahan itu berlangsung ke satu arah (Irwan, 1992).
Proses perubahan dalam komunitas yang berlangsung menuju ke satu arah secara teratur disebut suksesi. Suksesi terjadi sebagai akibat dari modifikasi lingkungan fisik dalam komunitas atau ekosistem. Proses suksesi berakhir dengan sebuah komunitas atau ekosistem yang disebut klimaks. Dikatakan bahwa dalam tingkat klimaks ini komunitas telah mencapai homeostatis. Ini dapat diartikan bahwa komunitas sudah dapat mempertahankan kestabilan internalnya sebagai akibat dari tanggap (respon) yang terkoordinasi dari komponen-komponennya terhadap setiap kondisi atau rangsangan yang cenderung mengganggu kondisi atau fungsi normal komunitas. Jadi bila suatu komunitas telah mencapai klimaks, perubahan yang searah tidak terjadi lagi ( Resosoedarmo,1990).

I.3. Tujuan Percobaan
Adapun tujuan dari percobaaan ini adalah :
- Untuk mengetahui jumlah spesies yang tumbuh pada suksesi
- Untuk mengetahui jenis spesies
- Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi suksesi

I.4. Hipotesis
Proses suksesi dari lahan garapan dalam kurun waktu yang pendek dikarenakan bila komunitas asal terganggu, baik secara alami maupun buatan.
I.5. Manfaat
Adapun manfaat percobaan ini adalah untuk mengetahui perlakuan yang mengakibatkan terjadinya suksesi, seperti penggundulan, migrasi kompetisi dan lain- lain dan untuk mengetahui tahap- tahap suksesi tumbuhan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Seorang ahli biologi menyatakan bahwa suksesi adalah perubahan yang terjadi pada suatu ekosistem yang berlangsung bertahap- tahap dalam waktu yang lama. Namun yang dianut oleh ahli- ahli ekologi sekarang adalah pandangan yang mengatakan bahwa suatu komunitas adalah merupakan suatu gabungan dari beberapa organisme. Organisme dalam suatu komunitas saling berhubungan, karena melalui proses- proses kehidupan yang saling berinteraksi. Lingkungan disekitarnya sangat penting karena mempengaruhi kehidupan organisme. Jika organisme tidak dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya, maka akan berakibat fatal bagi organisme itu. Misalnya, tanah penting untuk tumbuhan hidup karena mengandung mineral juga merupakan media bagi air dan sebagai tempat tumbuhnya akar. Sebaliknya tanah juga dapat dipengaruhi oleh tumbuhan, dapat mengurangi jumlah mineral dalam tanah dengan akar- akar tanaman yang menembus tanah yang hanya mengandung beberapa zat organik (Irwan, 1992).
Para ahli biologi mencoba memberi nama pada berbagai komunitas. Nama ini harus dapat memberikan keterangan mengenai sifat komunitas itu. Mungkin cara yang sederhana adalah memberi nama dengan menggunakan kata-kata yang dapat menunjukkan bagaimana wujud komunitas itu. Kebanyakan orang dapat membayangkan apa yang dimaksud jika kita berbicara mengenai “hutan” atau “padang rumput”. Nama ini menunjukkan bentuk dan wujud komunitas ini dalam keseluruhannya. Sering kali di dalam suatu komunitas terdapat satu atau dua tumbuhan dalam jumlah yang banyak, sehingga tumbuhan ini merupakan wujud yang khas daripada komunitas ini. Organisme yang memberi wujud khas kepada suatu komunitas dinamakan suatu spesies dominan dalam komunitas ini (Sastrodinoto, 1980).
Menurut Irwan (1992), pemberian nama komunitas dapat berdasarkan:
- Bentuk atau struktur utama seperti jenis dominan, bentuk hidup, atau indikator lainnya seperti hutan pinus, hutan agathis, hutan jati, atau hutan dipterocarpaceae. Dapat juga berdasarkan sifat tumbuhan dominan seperti hutan sklerofil, di Indonesia hutan ini banyak di Flores.
- Berdasarkan habitat fisik komunitas, seperti komunitas hamparan lumpur, komunitas pantai pasir, komunitas lautan dan sebagainya.
- Berdasarkan sifat-sifat atau tanda-tanda fungsional, misalnya tipe metabolisme komunitas. Berdasarkan sifat lingkungan alam seperti iklim, misalnya terdapat di daerah tropik dengan curah hujan yang tertinggi terbagi rata sepanjang tahun dan disebut hutan hujan tropik.
Di antara banyak organisme yang membentuk suatu komunitas, hanya beberapa spesies atau grup yang memperlihatkan pengendalian yang nyata dalam memfungsikan keseluruhan komunitas. Kepentingan relatif organisme dalam suatu komunitas tidak ditentukan oleh posisi taksonominya, namun oleh jumlah, ukuran, produksi dan hubungan lainnya. Tingkat kepentingan suatu spesies biasanya dinyatakan oleh indeks keunggulannya. Komunitas diberi nama dan digolongkan menurut spesies atau bentuk hidup yang dominan, habitat fisik atau kekhasan fungsional. Analisis komunitas dapat dilakukan pada setiap lokasi tertentu berdasarkan perbedaan zone atau gradien yang terdapat dalam daerah tersebut. Umumnya semakin curam gradien lingkungan, makin beragam komunitasnya karena batas yang tajam terbentuk oleh perubahan yang mendadak dalam sifat fisik lingkungannya (Michael, 1994).
Secara subjektif siapapun akan menyadari bahwa komunitas hutan itu berbeda dengan komunitas padang rumput dalam komposisi jenis dan struktur vegetasi. Agar suatu komunitas menjadi kenyataan yang objektif sebagai koleksi yang nyata dari suatu populasi, harapannya adalah bahwa kelompok populasi tertentu cenderung untuk terjadi berulang- ulang dalam lingkungan yang serupa, dan bahwa kelompok-kelompok ini berbeda dengan komunitas yang bersebelahan. Harapan ini dapat diuji analisis gradasi, yang dalam analisis ini dengan distribusi sepanjang gradasi lingkungan untuk mengetahui kisaran jenis yang membentuk komunitas (Desmukh, 1992).
Menurut Irwan (1992), bahwa di alam terdapat bermacam-macam komunitas yang secara garis besar dapat dibagi menjadi :
- komunitas aquatik
komunitas ini terdapat di laut, sungai, di danau, di paret atau di kolam.
- komunitas teresterial
yaitu sekelompok organisme yang terdapat di pekarangan, di padang rumput, di padang pasir, di halaman kantor, di kebun raya dan di sekolah.
Kebanyakan komunitas memperlihatkan pola dan struktur dalam tanan bagian komponen. Struktur suatu komunitas terdapat dalam bentuk stratifikasi tegak (misalnya komunitas hutan), zona mendatar (komunitas laut) atau dalam pola- pola fungsional yang berkaitan dengan aktivitas, jaring makanan, perilaku reproduksi, atau perilaku sosial dari organisme. Zona peralihan dari suatu komunitas dinamakan ekoton. Zona-zona ini memiliki organisme yang khas, demikian juga organisme yang ditemukan diperbatasan. Jumlah dan banyaknya spesies sering kali lebih besar dalam suatu ekoton daripada komunitas tetangganya (Michael, 1994).
Vegetasi yang terdapat di alam kebanyakan komunitas hutan mempunyai suatu pola yang jelas. Di dalam komunitas hutan, daun-daun, cabang-cabang dan bagian lain dari bermacam- macam pohon, semak dan lain-lain tumbuhan membentuk beberapa lapisan. Masing-masing lapisan memiliki produsen, konsumen dan makhluk pembusuk lain yang khas. Mikroklimat tiap lapisan pun berlainan. Hal ini dapat dipahami karena cahaya, angin, dan hujan yang diterima lapisan ini juga berbeda. Selain dari lapisan tumbuhan, permukaan tanah hutan juga merupakan tempat hidup. Pada permukaan tanah hutan terdapat daun-daun, ranting- ranting dan kayu yang membusuk. Zona-zona ini memiliki organisme yang khas, demikian juga organisme yang ditemukan diperbatasan. Jumlah dan banyaknya spesies sering kali lebih besar dalam suatu ekoton daripada komunitas tetangganya. Disini terdapat suatu komunitas yang terdiri dari mikroorganisme, lumut dan paku- pakuan. Juga terdapat bermacam-macam kumbang, kutu daun, belalang dan mungkin ular ( Sastrodinoto, 1980).
Disamping habitat tersebut, masih banyak terdapat kehidupan yang lebih kecil lagi dinamakan mikrohabitat, umpamanya celah-celah pada kulit pohon pinus, ruang antara daun-daunan, di dalam buah-buahan ,dan diantara partikel tanah. Mikrohabitat merupakan sebagian dari habitat yang luas dapat mempunyai iklim yang berlainan dari iklim habitat tadi. Didalam mikrohabitat terdapat komunitas kecil-kecil dan di dalam mikrohabitat tertentu mungkin terdapat mikroorganisme, yang tidak ada di tempat lain. Komunitas kecil ini membentuk komuntas hutan (Ewusie, 1990).
Dalam setiap komunitas setiap individu selalu dikelilingi oleh berbagai organisme, yaitu organisme satu spesies atau spesies lain. Organisme dalam suatu komunitas saling berhubungan. Hubungan antara spesies di dalam komunitas mempunyai pengaruh besar terhadap berbagai spesies yang membentuk komunitas (Sastrodinoto, 1980).
Organisme individu atau populasi yang terbentuk sebagai kumpulan populasi spesies dalam daerah tertentu, yang membentuk suatu komunitas, suatu komunitas dapat berada dalam berbagai ukuran, misalnya komunitas hutan besar, laut atau komunitas kayu busuk. Para ahli tumbuhan dan hewan memerikan komunitas secara beragam. Semua definisi komunitas memiliki pandangan tertentu secara umum. Ini adalah beberapa spesies hadir dalam daerah yang sama dimungkinkan untuk mengenali satu jenis komunitas karena kelompok spesies yang sama dengan komposisi kurang lebih tetap hadir dalam ruang dan waktu; komunitas cenderung menciptakan kestabilan dinamis. Setiap gangguan cenderung diatur oleh aturan sendiri atau homeostatis (Michael, 1994).
Klasifikasi komunitas bersifat hierarki; tingkat tertinggi adalah pembagian vegetasi dunia ke dalam kategori fisiognomi yang dapat dikenal atau biom yang distribusinya terutama diatur oleh pola iklim global. Biom tak dapat dikenal dengan komposisi jenis, sebab berbagai jenisnya biasanya dominan di berbagai dunia. Suatu klasifikasi terendah biom teresterial berdasarkan suhu dan curah hujan . Holdrige dan sejawatnya menyusun suatu skema yang lebih terinci, yang dikembangkan terutama untuk hutan tropika. Klasifikasi pelengkap yaitu klasifikasi bentuk hidup yang berhubungan dengan pola pertumbuhan dan perkembangan (Desmukh, 1992).
Menurut Irwan ( 1992), menyatakan bahwa untuk keanekaragaman komunitas perlu dipelajari aspek keanekaragaman itu dalam komunitasnya yaitu:
- mengalokasikan individu ke dalam spesiesnya.
- Menempatkan spesies tersebut ke dalam spesiesnya.
- Menentukan kepadatan relatifnya dalam habitatnya.
Menempatkan tiap individu ke dalam habitatnya dan menentukan fungsinya
Pendekatan para ahli tumbuhan dan ahli hewan terutama terhadap studi komunitas yang berbeda. Bila ahli hewan memperhatikan hubungan fungsional antara suatu komunitas, yang melibatkan tumbuhan dan hewan, para ahli tumbuhan memperhatikan struktur komunitas dan perubahan yang berlangsung dalam waktu dan ruang. Komunitas memiliki kekhasan yang dapat diukur dan dipelajari. Hal ini merupakan keragaman spesies, bentuk dan struktur pertumbuhan, keunggulan beberapa spesies dalam komunitas, jumlah relatif spesies- spesies berbeda yang membentuk komunitas, hubungan makanan dan suksesi (Michael, 1994).
Menurut Ewusie (1990), bahwa diantara ciri kualitatif yang terpenting pada komunitas adalah:
- Susunan flora dan fauna
Spesies tumbuhan dan hewan yang menyusun komunitas harus dikaji sepanjang tahun untuk menjelaskan spesies.
- Kemampuan hidup bersama
Hal ini menggambarkan hubungan ruang jasad antara individu.
- Pelapisan
Yaitu menyatakan kedudukan vertikal berbagai unsur dalam komunitas, dikenal adanya empat lapisan yaitu lapisan pepohonan, semak, terna dan lapisan dasar.
- Daya hidup
Merupakan petunjuk dan kesuburan atau tingkat spesies dalam komunitas.


Cara Kerja
Ditentukan petak areal pengamatan dan diukur 5x7 m. Petak lahan 5x7 m dibagi menjadi 7 jalur ( 1x5 m) dimana jalur III sebagai kontrol. Pada tiap jalur dibuat plot- plot kecil dengan ukuran 1x1 m dan dicatat jumlah dan jenis tumbuhan yang ada. Kemudian dibersihkan lahan pengamatan dengan menggunakan cangkul dari rumput- rumputan dan tanaman hidup di dalamnya. Setelah satu minggu diamati jenis tumbuhan yang tumbuh pada masing-masing petak 1x1m. Dicatat jumlah dan jenis tumbuhannya. Pengamatan percobaan dilakukan tiap minggu selama 4 minggu. Dicatat perubahan komposisi tumbuhan tersebut dan dibandingkan hasil pengamatan setiap minggu dengan plot kontrol. Dari data hasil pengamatan dianalisis perubahan jenis tumbuhan dari komunitas percobaan.
DAFTAR PUSTAKA
Desmukh, I.1992. Ekologi dan Biologi Tropika. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
Hal: 237-242
Ewusie, J. Y. 1990. Pengantar Ekologi Tropika. Bandung: ITB. Hal: 47-82
Irwan, Z. O.1990. Prinsip-prinsip Ekologi dan Organisasi Ekosistem, Komunitas,
Dan Lingkungan. Jakarta: Bumi Aksara. Hal: 85-90
Michael, P.1994. Metode Ekologi untuk Penyelidikan Lapangan dan
Laboratorium. Jakarta: UI Press. Hal: 267-272

suksesi

Suksesi Tumbuhan

I.1. Latar Belakang
Perubahan-perubahan yang terjadi dalam komunitas dapat dengan mudah diamati dan seringkali perubahan itu berupa pergantian satu komunitas oleh komunitas lain. Dapat kita lihat misalnya pada sebidang kebun jagung yang setelah panen ditinggalkan dan tidak ditanami lagi. Disitu akan bermunculan berbagai jenis tumbuhan gulma yang membentuk komunitas. Apabila lahan itu dibiarkan cukup lama, dalam komunitas yang terbentuk dari waktu ke waktu akan terjadi pergantian komposisi jenis (Resosoedarmo,1990).
Pada masa awal dapat saja komunitas yang terbentuk tersusun oleh tumbuhan terna seperti badotan, rumput pahit, rumput teki, dan sebagainya. Tetapi beberapa tahun kemudian di tempat yang sama, yang terlihat adalah komunitas yang sebagian besar tersusun oleh tumbuhan perdu dan pohon seperti kirinyu, senduduk, laban, dan sebagainya, atau dapat pula hanya terdiri atas alang-alang. Bila tidak terjadi gangguan apa pun selama proses tersebut berjalan akan terlihat bahwa perubahan itu berlangsung ke satu arah (Irwan, 1992).
Proses perubahan dalam komunitas yang berlangsung menuju ke satu arah secara teratur disebut suksesi. Suksesi terjadi sebagai akibat dari modifikasi lingkungan fisik dalam komunitas atau ekosistem. Proses suksesi berakhir dengan sebuah komunitas atau ekosistem yang disebut klimaks. Dikatakan bahwa dalam tingkat klimaks ini komunitas telah mencapai homeostatis. Ini dapat diartikan bahwa komunitas sudah dapat mempertahankan kestabilan internalnya sebagai akibat dari tanggap (respon) yang terkoordinasi dari komponen-komponennya terhadap setiap kondisi atau rangsangan yang cenderung mengganggu kondisi atau fungsi normal komunitas. Jadi bila suatu komunitas telah mencapai klimaks, perubahan yang searah tidak terjadi lagi ( Resosoedarmo,1990).

I.3. Tujuan Percobaan
Adapun tujuan dari percobaaan ini adalah :
- Untuk mengetahui jumlah spesies yang tumbuh pada suksesi
- Untuk mengetahui jenis spesies
- Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi suksesi

I.4. Hipotesis
Proses suksesi dari lahan garapan dalam kurun waktu yang pendek dikarenakan bila komunitas asal terganggu, baik secara alami maupun buatan.
I.5. Manfaat
Adapun manfaat percobaan ini adalah untuk mengetahui perlakuan yang mengakibatkan terjadinya suksesi, seperti penggundulan, migrasi kompetisi dan lain- lain dan untuk mengetahui tahap- tahap suksesi tumbuhan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Seorang ahli biologi menyatakan bahwa suksesi adalah perubahan yang terjadi pada suatu ekosistem yang berlangsung bertahap- tahap dalam waktu yang lama. Namun yang dianut oleh ahli- ahli ekologi sekarang adalah pandangan yang mengatakan bahwa suatu komunitas adalah merupakan suatu gabungan dari beberapa organisme. Organisme dalam suatu komunitas saling berhubungan, karena melalui proses- proses kehidupan yang saling berinteraksi. Lingkungan disekitarnya sangat penting karena mempengaruhi kehidupan organisme. Jika organisme tidak dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya, maka akan berakibat fatal bagi organisme itu. Misalnya, tanah penting untuk tumbuhan hidup karena mengandung mineral juga merupakan media bagi air dan sebagai tempat tumbuhnya akar. Sebaliknya tanah juga dapat dipengaruhi oleh tumbuhan, dapat mengurangi jumlah mineral dalam tanah dengan akar- akar tanaman yang menembus tanah yang hanya mengandung beberapa zat organik (Irwan, 1992).
Para ahli biologi mencoba memberi nama pada berbagai komunitas. Nama ini harus dapat memberikan keterangan mengenai sifat komunitas itu. Mungkin cara yang sederhana adalah memberi nama dengan menggunakan kata-kata yang dapat menunjukkan bagaimana wujud komunitas itu. Kebanyakan orang dapat membayangkan apa yang dimaksud jika kita berbicara mengenai “hutan” atau “padang rumput”. Nama ini menunjukkan bentuk dan wujud komunitas ini dalam keseluruhannya. Sering kali di dalam suatu komunitas terdapat satu atau dua tumbuhan dalam jumlah yang banyak, sehingga tumbuhan ini merupakan wujud yang khas daripada komunitas ini. Organisme yang memberi wujud khas kepada suatu komunitas dinamakan suatu spesies dominan dalam komunitas ini (Sastrodinoto, 1980).
Menurut Irwan (1992), pemberian nama komunitas dapat berdasarkan:
- Bentuk atau struktur utama seperti jenis dominan, bentuk hidup, atau indikator lainnya seperti hutan pinus, hutan agathis, hutan jati, atau hutan dipterocarpaceae. Dapat juga berdasarkan sifat tumbuhan dominan seperti hutan sklerofil, di Indonesia hutan ini banyak di Flores.
- Berdasarkan habitat fisik komunitas, seperti komunitas hamparan lumpur, komunitas pantai pasir, komunitas lautan dan sebagainya.
- Berdasarkan sifat-sifat atau tanda-tanda fungsional, misalnya tipe metabolisme komunitas. Berdasarkan sifat lingkungan alam seperti iklim, misalnya terdapat di daerah tropik dengan curah hujan yang tertinggi terbagi rata sepanjang tahun dan disebut hutan hujan tropik.
Di antara banyak organisme yang membentuk suatu komunitas, hanya beberapa spesies atau grup yang memperlihatkan pengendalian yang nyata dalam memfungsikan keseluruhan komunitas. Kepentingan relatif organisme dalam suatu komunitas tidak ditentukan oleh posisi taksonominya, namun oleh jumlah, ukuran, produksi dan hubungan lainnya. Tingkat kepentingan suatu spesies biasanya dinyatakan oleh indeks keunggulannya. Komunitas diberi nama dan digolongkan menurut spesies atau bentuk hidup yang dominan, habitat fisik atau kekhasan fungsional. Analisis komunitas dapat dilakukan pada setiap lokasi tertentu berdasarkan perbedaan zone atau gradien yang terdapat dalam daerah tersebut. Umumnya semakin curam gradien lingkungan, makin beragam komunitasnya karena batas yang tajam terbentuk oleh perubahan yang mendadak dalam sifat fisik lingkungannya (Michael, 1994).
Secara subjektif siapapun akan menyadari bahwa komunitas hutan itu berbeda dengan komunitas padang rumput dalam komposisi jenis dan struktur vegetasi. Agar suatu komunitas menjadi kenyataan yang objektif sebagai koleksi yang nyata dari suatu populasi, harapannya adalah bahwa kelompok populasi tertentu cenderung untuk terjadi berulang- ulang dalam lingkungan yang serupa, dan bahwa kelompok-kelompok ini berbeda dengan komunitas yang bersebelahan. Harapan ini dapat diuji analisis gradasi, yang dalam analisis ini dengan distribusi sepanjang gradasi lingkungan untuk mengetahui kisaran jenis yang membentuk komunitas (Desmukh, 1992).
Menurut Irwan (1992), bahwa di alam terdapat bermacam-macam komunitas yang secara garis besar dapat dibagi menjadi :
- komunitas aquatik
komunitas ini terdapat di laut, sungai, di danau, di paret atau di kolam.
- komunitas teresterial
yaitu sekelompok organisme yang terdapat di pekarangan, di padang rumput, di padang pasir, di halaman kantor, di kebun raya dan di sekolah.
Kebanyakan komunitas memperlihatkan pola dan struktur dalam tanan bagian komponen. Struktur suatu komunitas terdapat dalam bentuk stratifikasi tegak (misalnya komunitas hutan), zona mendatar (komunitas laut) atau dalam pola- pola fungsional yang berkaitan dengan aktivitas, jaring makanan, perilaku reproduksi, atau perilaku sosial dari organisme. Zona peralihan dari suatu komunitas dinamakan ekoton. Zona-zona ini memiliki organisme yang khas, demikian juga organisme yang ditemukan diperbatasan. Jumlah dan banyaknya spesies sering kali lebih besar dalam suatu ekoton daripada komunitas tetangganya (Michael, 1994).
Vegetasi yang terdapat di alam kebanyakan komunitas hutan mempunyai suatu pola yang jelas. Di dalam komunitas hutan, daun-daun, cabang-cabang dan bagian lain dari bermacam- macam pohon, semak dan lain-lain tumbuhan membentuk beberapa lapisan. Masing-masing lapisan memiliki produsen, konsumen dan makhluk pembusuk lain yang khas. Mikroklimat tiap lapisan pun berlainan. Hal ini dapat dipahami karena cahaya, angin, dan hujan yang diterima lapisan ini juga berbeda. Selain dari lapisan tumbuhan, permukaan tanah hutan juga merupakan tempat hidup. Pada permukaan tanah hutan terdapat daun-daun, ranting- ranting dan kayu yang membusuk. Zona-zona ini memiliki organisme yang khas, demikian juga organisme yang ditemukan diperbatasan. Jumlah dan banyaknya spesies sering kali lebih besar dalam suatu ekoton daripada komunitas tetangganya. Disini terdapat suatu komunitas yang terdiri dari mikroorganisme, lumut dan paku- pakuan. Juga terdapat bermacam-macam kumbang, kutu daun, belalang dan mungkin ular ( Sastrodinoto, 1980).
Disamping habitat tersebut, masih banyak terdapat kehidupan yang lebih kecil lagi dinamakan mikrohabitat, umpamanya celah-celah pada kulit pohon pinus, ruang antara daun-daunan, di dalam buah-buahan ,dan diantara partikel tanah. Mikrohabitat merupakan sebagian dari habitat yang luas dapat mempunyai iklim yang berlainan dari iklim habitat tadi. Didalam mikrohabitat terdapat komunitas kecil-kecil dan di dalam mikrohabitat tertentu mungkin terdapat mikroorganisme, yang tidak ada di tempat lain. Komunitas kecil ini membentuk komuntas hutan (Ewusie, 1990).
Dalam setiap komunitas setiap individu selalu dikelilingi oleh berbagai organisme, yaitu organisme satu spesies atau spesies lain. Organisme dalam suatu komunitas saling berhubungan. Hubungan antara spesies di dalam komunitas mempunyai pengaruh besar terhadap berbagai spesies yang membentuk komunitas (Sastrodinoto, 1980).
Organisme individu atau populasi yang terbentuk sebagai kumpulan populasi spesies dalam daerah tertentu, yang membentuk suatu komunitas, suatu komunitas dapat berada dalam berbagai ukuran, misalnya komunitas hutan besar, laut atau komunitas kayu busuk. Para ahli tumbuhan dan hewan memerikan komunitas secara beragam. Semua definisi komunitas memiliki pandangan tertentu secara umum. Ini adalah beberapa spesies hadir dalam daerah yang sama dimungkinkan untuk mengenali satu jenis komunitas karena kelompok spesies yang sama dengan komposisi kurang lebih tetap hadir dalam ruang dan waktu; komunitas cenderung menciptakan kestabilan dinamis. Setiap gangguan cenderung diatur oleh aturan sendiri atau homeostatis (Michael, 1994).
Klasifikasi komunitas bersifat hierarki; tingkat tertinggi adalah pembagian vegetasi dunia ke dalam kategori fisiognomi yang dapat dikenal atau biom yang distribusinya terutama diatur oleh pola iklim global. Biom tak dapat dikenal dengan komposisi jenis, sebab berbagai jenisnya biasanya dominan di berbagai dunia. Suatu klasifikasi terendah biom teresterial berdasarkan suhu dan curah hujan . Holdrige dan sejawatnya menyusun suatu skema yang lebih terinci, yang dikembangkan terutama untuk hutan tropika. Klasifikasi pelengkap yaitu klasifikasi bentuk hidup yang berhubungan dengan pola pertumbuhan dan perkembangan (Desmukh, 1992).
Menurut Irwan ( 1992), menyatakan bahwa untuk keanekaragaman komunitas perlu dipelajari aspek keanekaragaman itu dalam komunitasnya yaitu:
- mengalokasikan individu ke dalam spesiesnya.
- Menempatkan spesies tersebut ke dalam spesiesnya.
- Menentukan kepadatan relatifnya dalam habitatnya.
Menempatkan tiap individu ke dalam habitatnya dan menentukan fungsinya
Pendekatan para ahli tumbuhan dan ahli hewan terutama terhadap studi komunitas yang berbeda. Bila ahli hewan memperhatikan hubungan fungsional antara suatu komunitas, yang melibatkan tumbuhan dan hewan, para ahli tumbuhan memperhatikan struktur komunitas dan perubahan yang berlangsung dalam waktu dan ruang. Komunitas memiliki kekhasan yang dapat diukur dan dipelajari. Hal ini merupakan keragaman spesies, bentuk dan struktur pertumbuhan, keunggulan beberapa spesies dalam komunitas, jumlah relatif spesies- spesies berbeda yang membentuk komunitas, hubungan makanan dan suksesi (Michael, 1994).
Menurut Ewusie (1990), bahwa diantara ciri kualitatif yang terpenting pada komunitas adalah:
- Susunan flora dan fauna
Spesies tumbuhan dan hewan yang menyusun komunitas harus dikaji sepanjang tahun untuk menjelaskan spesies.
- Kemampuan hidup bersama
Hal ini menggambarkan hubungan ruang jasad antara individu.
- Pelapisan
Yaitu menyatakan kedudukan vertikal berbagai unsur dalam komunitas, dikenal adanya empat lapisan yaitu lapisan pepohonan, semak, terna dan lapisan dasar.
- Daya hidup
Merupakan petunjuk dan kesuburan atau tingkat spesies dalam komunitas.

Cara Kerja
Ditentukan petak areal pengamatan dan diukur 5x7 m. Petak lahan 5x7 m dibagi menjadi 7 jalur ( 1x5 m) dimana jalur III sebagai kontrol. Pada tiap jalur dibuat plot- plot kecil dengan ukuran 1x1 m dan dicatat jumlah dan jenis tumbuhan yang ada. Kemudian dibersihkan lahan pengamatan dengan menggunakan cangkul dari rumput- rumputan dan tanaman hidup di dalamnya. Setelah satu minggu diamati jenis tumbuhan yang tumbuh pada masing-masing petak 1x1m. Dicatat jumlah dan jenis tumbuhannya. Pengamatan percobaan dilakukan tiap minggu selama 4 minggu. Dicatat perubahan komposisi tumbuhan tersebut dan dibandingkan hasil pengamatan setiap minggu dengan plot kontrol. Dari data hasil pengamatan dianalisis perubahan jenis tumbuhan dari komunitas percobaan.
DAFTAR PUSTAKA
Desmukh, I.1992. Ekologi dan Biologi Tropika. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
Hal: 237-242
Ewusie, J. Y. 1990. Pengantar Ekologi Tropika. Bandung: ITB. Hal: 47-82
Irwan, Z. O.1990. Prinsip-prinsip Ekologi dan Organisasi Ekosistem, Komunitas,
Dan Lingkungan. Jakarta: Bumi Aksara. Hal: 85-90
Michael, P.1994. Metode Ekologi untuk Penyelidikan Lapangan dan
Laboratorium. Jakarta: UI Press. Hal: 267-272

biologi sel

Unit terkecil dalam dasar kehidupan Biologis adalah sel. Semua fungsi kehidupan diatur dan berlangsung di dalam sel. sel bisa berfungsi secara autonom jika kebutuhan untuk hidupnya terpenuhi. Organisme tersusun dari satu sel tunggal (uniselular), contohnya bakteri, Archaea, Jamur dan protozoa) atau dari banyak sel (multiselular). Dalam organisme multiselular terdapat pembagian tugas terhadap sel-sel penyusunnya, merupakan dasar bagi hirarki hidup.

Sel terdiri dari struktur-struktur yang mempunyai fungsi masing-masing hampir serupa untuk semua organisme, namun jalur evolusi yang ditempuh oleh masing-masing golongan besar organisme (Regnum) juga memiliki kekhususan sendiri-sendiri. Sel-sel prokariota beradaptasi dengan kehidupan uniselular sedangkan sel-sel eukariota beradaptasi untuk hidup saling bekerja sama dalam organisasi yang sangat rapi.

Sel ditemukan oleh imuwan inggris tahun 1665, Robert Hooke yang meneliti irisan tipis gabus melalui mikroskop buatan sendiri. Nama sel diambil dari kata bahasa Latin cellula yang berarti rongga.
sel mempunyai perbedaan,dan memliki persamaan. Misalnya, tiap – tiap sel memerlukan nutrisi untuk kelangsungan kehidupan, dan semua sel hampir seluruhnya mempunyai nutrein yang sama jenisnya. Semua sel menggunakan oksigen dalam proses untuk membentuk energy. pada semua sel dasarnya adalah sama dan semua sel juga mengirimkan hasil – hasil akhir reaksi – reaksi kimianya ke dalam cairan sekitarnya. Hampir semua sel juga mempunyai kemampuan untuk berkembang biak. Bila ada sel yang rusak maka sel – sel yang tersisa dari jenisnya akan memperbanyak diri sampai jumlahnya kembali lengkap. Sel terdiri dari dua bagian utama, inti dan sitoplasma. Inti dipisahkan dari sitoplasma oleh mebran inti dan sitoplasma dipisahkan dari cairan sekitarnya oleh membrane sel. Substansi yang menyusun sel bersama – sama disebut protoplasma. Protoplasma terdiri atas lima zat dasar yaitu air, elektroit, protein, lipid dan karbohidrat.

Inti sel adalah pusat pengawasan sel. reaksi-reaksi kimia yang terjadi dalam sel dan reproduksi sel dipantau oleh inti sel. Inti mengandung asam dioksiribonukleat (ADN) yang umum disebut gen atau kromosom. Gen merupakan penentu sifat-sifat protein enzim sitoplasma, dan dengan cara ini mengawasi aktivitas sitoplasma.

reproduksi tumbuhan

A. Reproduksi Aseksual / Vegetatif
Dibagi menjadi 2 :
1. Reproduksi aseksual alami seperti :
a) Pembentukan spora, dimulai dari pembelahan sel pada bagian tertentu dari tumbuhan.
Contoh : lumut dan tumbuhan paku.
b) Fragmentasi
Reproduksi dengan fragmentasi berarti melepaskan sebagian dari tubuhnya untuk tumbuh menjadi individu baru.
c) Pembentukan tunas, pada dasarnya juga dimulai dari pembelahan sel pada bagian jaringan embrional atau meristematis, dll.
2. Reproduksi aseksual buatan seperti :
Menyetek, mencangkok dan merunduk yang merupakan cara pembiakan yang melibatkan satu individu tumbuhan. Sedangkan menyambung dan menempel melibatkan 2 individu tumbuhan.

B. Reproduksi Seksual / Generatif
Proses reproduksi seksual memerlukan gamet jantan dan betina. Proses perkawinan tumbuhan berbiji diawali oleh proses penyerbukan dan dilanjutkan dengan proses pembuahan.
1. Penyerbukan pada tumbuhan biji terbuka (gymnospermae) adalah menempelnya serbuk sari ke mikrofil (liang bakal biji). Dan terjadi pembuahan tunggal.
Alat reproduksi gymnospermae berupa strobilus jantan dan strobilus betina.
Proses penyerbukan pada gymnospermae umumnya dibantu oleh angin. Contoh tumbuhan berbiji terbuka ini antara lain :
Melinjo, pinus, damar, pakis haji dan cycas.
• Manfaat gymnospermae
a. Bahan makanan, misalnya : biji melinjo
b. Bahan industri kertas, misalnya : batang pinus dan batang melinjo
c. Bahan obat-obatan, misalnya juniper dan pinus
d. Bahan terpentin dan plister, misalnya : tusam/pinus
e. Bahan damar, misalnya : pohon damar

2. Penyerbukan pada tumbuhan biji tertutup (angiospermae)
Adalah menempelnya serbuk sari ke kepala putik dan terjadi pembuahan ganda.
Alat perkembangbiakan angiospermae adalah bunga. Bunga meliputi berdasarkan perhiasan bunga dan alat kelamin bunga.
a. Perhiasan bunga meliputi kelopak dan mahkota bunga.
b. Alat kelamin bunga (alat perkembangbiakan)
Bagian sebelah dalam dari lingkaran perhiasan bunga adalah alat kelamin bunga. Bagian alat kelamin bunga terdiri dari benang sari sebagai alat pembiakan jantan dan putik sebagai alat pembiakan betina. Benang sari berada pada lingkaran sebelah luar dari putik.

Berdasarkan kelengkapan bagian bunga :
a. Bunga lengkap adalah bunga yang mempunyai kelopak, mahkota, benang sari dan putik.
Misal : bunga sepatu, cabai, kecubung, mawar, melati, dan jeruk.
b. Bunga tidak lengkap adalah bunga yang tidak mempunyai salah satu atau beberapa bagian bunga baik perhiasan maupun alat kelamin.
Berdasarkan kelengkapan alat kelamin :
a. Bunga sempurna
b. Bunga tidak sempurna

makalah pencemaran lingkungan

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Pada waktu proses belajar mengajar di dalam kelas fungsi guru selain sebagai demonstrator dan fasilitator juga memiliki peran yang tidak kalah penting, yaitu sebagai pemberi penguasaan terhadap respon siswa. Pengajaran bertintikan antara guru dan siswa, hal ini berarti guru harus memberikan motivasi. Setiap perbuatan termasuk perbuatan belajar didorong oleh suatu atau beberapa motivasi.
Motivasi siswa merupakan salah satu faktor yang menentukan prestasi belajar. Oleh karena itu diperlukan suatu cara yang membangkitkan minat dan motivasi siswa dalam belajar. Banyak cara membangkitkan minat dan motivasi belajar siswa. Misalnya dalam strategi belajar mengajar penggunaan metode belajar dan media belajar (Sudjana, 2005:3).
Dalam setiap proses belajar, selalu akan ada tiga komponen penting yang saling terkait satu sama lain. Tiga komponen penting itu adalah kurikulum (materi yang akan diajarkan). Proses (bagaimana materi diajarkan) dan produk (hasil dari proses pembelajaran) (Gunawan, 2004:1). Ketiga aspek ini sama pentingnya karena merupakan satu kesatuan yang membentuk lingkungan pembelajaran. Satu kesenjangan yang selama ini kita alami adalah kurangnya pendekatan yang benar dan efektif dalam menjalankan proses belajar.
Biologi juga merupakan ilmu tentang alam kehidupan makhluk hidup (Barilia, 2003:3).
Biologi merupakan salah satu disiplin ilmu yang disenangi oleh sebagian siswa. Sedangkan yang lain juga memandang Biologi merupakan mata pelajaran yang sulit, karena banyak istilah-istilah yang harus dihafal dan banyak sekali bahasa Biologi yang susah dimengerti dan dipahami.
Biologi berkenaan dengan cara mencari tahu dan memahami alam secara sistematis, sehingga Biologi bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta, konsep-konsep, prinsip-prinsip, tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Biologi juga wahana untuk meningkatkan keterampilan, sikap dan nilai. Salah satu faktor dari luar dari siswa yang cukup berperan adalah informasi yang diterima oleh siswa tentang materi pembelajaran yang disampaikan oleh guru (Saepudin, 1999:12).
Salah satu materi pokok Biologi yang dalam proses pembelajarannya dapat dilakukan di lingkungan yang ada di sekitar pada materi pencemaran lingkungan.
Pembelajaran di lingkungan sekitar akan memberikan sesuatu yang nyata yang dapat dilihat, diamati dan dipelajari langsung oleh siswa. Dengan pembelajaran di lingkungan sekitar atau luar sekolah, siswa akan lebih mengenal lingkungan itu sendiri, sehingga mereka mengetahui dan memahami bahwa adanya kesadaran pada diri siswa itu sendiri.
1.2 Rumusan Masalah
Untuk lebih memperjelas permasalahan yang dimunculkan dikemukakan pertanyaan-pertanyaan penelitian sebagai berikut :
1. Bagaimana hasil belajar siswa dalam lingkungan sekitar pada konsep pencemaran lingkungan?
2. Bagaimana sikap siswa terhadap lingkungan setelah proses belajar mengajar di lingkungan sekitar?
3. Apakah hubungan antara hasil belajar di lingkungan sekitar dengan sikap siswa terhadap lingkungan ini?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :
1. Mengetahui hasil belajar siswa di lingkungan sekitar pada konsep pencemaran lingkungan.
2. Mengetahui sikap siswa terhadap lingkungan setelah proses belajar mengajar di lingkungan sekitar.
3. Mengetahui hubungan hasil belajar siswa di lingkungan sekitar dengan sikap siswa terhadap lingkungan.
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah :
Bagi guru
1. Memberikan alternatif strategi pembelajaran Biologi dalam meningkatkan pemahaman siswa.
2. Memanfaatkan lingkungan sekolah dalam usaha meningkatkan kesadaran siswa.
Bagi siswa
1. Meningkatkan aktivitas siswa dalam kegiatan belajar.
2. Siswa akan lebih mengenal lingkungan sehingga diharapkan dapat mencintai alam yang ada di lingkungan sekolahnya.
3. siswa memperoleh pengetahuan dalam pengalaman yang benar-benar nyata untuk proses pembelajaran.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Hasil Belajar
Hasil belajar adalah proses perubahan atau perbaikan dari fungsi-fungsi psikis yang menjadi syarat dan mendasari perbaikan tingkah laku dan kecakapan-kecakapan termasuk di dalamnya perubahan dalam pengetahuan pada proses belajar (Purwanto, 2006:86). Sedangkan menurut (Sudjana, 2004:22) hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajar.
Menurut pengertian secara psikologis belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memahami kebutuhan hidupnya. Perubahan-perubahan tersebut akan nyata dalam seluruh aspek tingkah laku.
Menurut Gagne (2003:17) perubahan yang terjadi dalam kemampuan manusia yang terjadi dalam kemampuan manusia yang terjadi setelah belajar secara terus-menerus bukan hanya disebabkan oleh proses pertumbuhan juga.
Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya (Slameto, 2003:2).
Agar proses belajar dapat berlangsung dengan baik, maka diperlukan suatu aktivitas yang terdiri dari 2 komponen yang tidak terpisahkan yang biasa dikenal sebagai proses belajar mengajar. Belajar dan mengajar merupakan dua konsep yang tidak dipisahkan satu sama lain.
Pendidikan ialah bantuan yang diberikan oleh orang dewasa kepada orang yang belum dewasa agar dia mencapai kedewasaan. Bantuan yang diberikan oleh pendidik itu berupa pendampingan yang menjaga agar anak didik belajar hal-hal yang positif sehingga sungguh-sungguh menunjang perkembangannya. Maka cara belajar anak didik diarahkan dan tidak dibiarkan berlangsung sembarangan saja tanpa tujuan (Winkel, 1996:24).
Menurut Whittaker belajar sebagai proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau pengalaman.
Slamato (2003:9) mengemukakan pengertian belajar menurut beberapa ahli :
(1) Gagne mengungkapkan belajar adalah suatu proses untuk memperoleh motivasi dalam pengetahuan, keterampilan, kebiasaan, tingkah laku dan penguasaan yang diperoleh dari instruksi.
(2) Bruner mengungkapkan belajar adalah suatu proses belajar tidak untuk mengubah tingkah laku seseorang tetapi untuk mengubah kurikulum sekolah menjadi sedemikian rupa sehingga siswa dapat belajar lebih mudah.
(3) Gestalt bahwa belajar adalah adanya penyesuaian pertama yaitu memperoleh respons yang tepat untuk memecahkan problem/masalah yang dipahami.
Bloom membagi klasifikasi hasil belajar mengajar menjadi 3 ranah. Ranah kognitif, ranah afektif, ranah psikomotorik.
(1) Ranah kognitif, berkaitan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek, yakni pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi.
(2) Ranah afektif, berkaitan dengan sikap dari 5 aspek yakni penerimaan, tanggapan, penilaian, organisasi.
(3) Ranah psikomotorik, berkaitan dengan keterampilan dan kemampuan bertindak, secara umum meliputi gerakan seluruh badan, kemampuan dalam berbicara, hasil belajar tersebut selalu berhubungan satu sama lain.
Keterpaduan proses belajar sama dengan proses mengajar guru sehingga terjadi interaksi belajar mengajar (terjadinga proses pengajaran), tidak datang begitu saja dan tidak dapat tumbuh tanpa pengetahuan dan perencanaan yang seksama.
Pengaturan sangat diperlukan terutama dalam menentukan komponen dan variabel yang harus ada dalam proses pengajaran tersebut. Perencanaan dimaksudkan untuk merumuskan dan menetapkan interaksi sejumlah komponen dan variabel, sehingga memungkinkan terselenggaranya pengajaran yang efektif (Sudjana, 1998:19).
2.2 Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah suatu bentuk kajian yang bersifat reflektif oleh pelaku tindakan yang dilakukan untuk meningkatkan pemanfaatan yang rasional dari tindakan mereka dalam melaksanakan tugas memperdalam pemahaman terhadap tindakan-tindakan yang dilakukan serta memperbaiki kondisi praktek pembelajaran yang dilakukan.
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) menurut (Wardani, 2004:14) penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di dalam kelasnya sendiri melalui refleksi diri dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa menjadi meningkat.
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) merupakan terjemahan dari classroom action research, yaitu satu action research yang dilakukan di kelas. Sesuai dengan arti katanya diterjemahkan menjadi penelitian tindakan; yang oleh Car dan Kemmis (Mcnitt, 1991, p.2) dalam Wardani dkk (2007, 1-3-1-4) didefinisikan sebagai berikut : Action research is a form of self-reflection enquiry undertaken by participants (teachers, students or principals, for example) in social (including educational) situations in order to improve the rationality and justice of (1) their own social or educational practices (2) their understanding of these practices and (3) the situations (and institutions) in which the practices are carried out.
Jika kita cermati pengertian ini : 1. Penelitian tindakan adalah suatu bentuk inkuin atau penyelidikan yang dilakukan melalui refleksi diri, 2. Penelitian tindakan dilakukan oleh peserta yang terlibat dalam situasi yang diteliti, seperti guru, siswa atau kepala sekolah, 3. Penelitian tindakan dilakukan dalam situasi sosial termasuk situasi pendidikan, 4. Tujuan penelitian tindakan adalah memperbaiki dasar pemikiran dan kepantasan dari praktik-praktik tersebut, serta situasi lembaga tempat praktik tersebut dilaksanakan. Dari keempat ide pokok tersebut dapat kita simpulkan bahwa penelitian tindakan merupakan penelitian dalam bidang sosial, yang menggunakan refleksi diri sebagai metode utama, dilakukan oleh seorang yang terlibat di dalamnya, serta bertujuan untuk melakukan perbaikan dalam berbagai aspek.
Penelitian tindakan kelas mempunyai beberapa karakteristik yang sedikit berbeda bila dibandingkan dengan penelitian formal lainnya (Sukardi, 2004:212).
Beberapa karakteristik penting tersebut diantaranya, seperti :

(1) Problem yang dipecahkan merupakan persoalan praktis yang dihadapi peneliti dalam kehidupan profesi sehari-hari.
(2) Peneliti memberikan perlakuan atau treatmen yang berupa tindakan yang terencana untuk memecahkan permasalahan dan sekaligus meningkatkan kualitas yang dapat dirasakan implikasinya oleh subjek yang diteliti.
(3) Langkah-langkah peneliti yang direncanakan selalu dalam bentuk siklus lingkaran atau daur yang memungkinkan terjadinya kerja kelompok maupun kerja mandiri secara intensif.
(4) Adanya langkah berfikir reflektif atau reflective thinking dari peneliti baik sesudah maupun sebelum tindakan :
Reflective thinking ini penting untuk melakukan retrospeksi (kaji ulang) terhadap tindakan yang diberikan dari implikasinya yang muncul pada subjek yang diteliti sebagai akibat adanya penelitian tindakan.

makalah biologi


MAKALAH BIOLOGI TENTANG POLUSI AIR


 BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Dalam kehidupan sehari-hari kita memerlukan air bersih untuk minum, memasak, mencuci dan keperluan lain. Air tersebut mempunyai standar 3 B yaitu tidak berwarna, tidak berbau, dan tidak beracun. Tetapi adakalanya kita melihat air yang berwarna keruh dan berbau serta sering kali bercampur dengan benda-benda sampah seperti kaleng, plastik, dan sampah organic. Pemandangan seperti ini kita jumpai pada aliran sungai atau dikolam-kolam. Air yang demikian biasa disebut air kotor atau disebut pula air yang terpolusi.
Darimana polutan itu berasal ?
Bagi kita, khususnya masyarakat pedesaan sungai adalah sumber air sehari-hari. Sumber polutan dapat berasal dari mana-mana. Contohnya limbah-limbah industri dibuang dan dialirkan ke sungai. Semua akhirnya bermuara di sungai dan pencemaran polutan air ini dapat merugikan manusia bila manusia mengkonsumsi air yang tercemar.
1.2 Permasalahan
Permasalahan yang terjadi :
- Apabila polusi air disebabkan oleh zat-zat kimia buatan manusia mempunyai dampak negatif.
- Dapat mengakibatkan penyakit bagi manusia dan hewan yang hidup didarat dan diair akan mati oleh racun.
1.3 Tujuan
- Supaya siswa dapat lebih memahami bahaya polusi air
- Dapat membedakan antara air yang bersih dari polusi dan air yang sudah terpolusi
- Dapat lebih berhati-hati dalam menggunakan air yang bersih dan yang terpolusi
1.4 Metode
Metode yang kami gunakan :
- Dengan mencari dari buku-buku Biologi dan buku-buku bacaan lainnya.
- Mengumpulkan informasi
- Ditulis dikertas buram.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Polusi Air
Salah satu dampak negatif kemajuan ilmu dan teknologi yang tidak digunakan dengan benar adalah terjadinya polusi (pencemaran). Polusi adalah peristiwa masuknya zat, energi, unsur atau komponen lain yang merugikan kedalam lingkungan akibat aktivitas manusia atau proses alami. Dan segala sesuatu yang menyebabkan polusi disebut Polutan.
Sesuatu benda dapat dikatakan polutan bila :
1. Kadarnya melebihi batas normal
2. Berada pada tempat dan waktu yang tidak tepat.
Polutan dapat berupa debu, bahan kimia, suara, panas, radiasi, makhluk hidup, zat-zat yang dihasilkan makhluk hidup dan sebagainya. Adanya polutan dalam jumlah yang berlebihan menyebabkan lingkungan tidak dapat mengadakan pembersihan sendiri (regenerasi). Oleh karena itu, polusi terhadap lingkungan perludideteksi secara dini dan ditangani segera dan terpadu.
Polusi Air adalah peristiwa masuknya zat, energi, unsur atau komponen lainnya kedalam air sehingga kualitas air terganggu. Kualitas air terganggu ditandai dengan perubahan bau, rasa dan warna.
Beberapa contoh polutannya sebagai berikut :
a. Fosfat
Fosfat berasal dari penggunaan pupuk buatan yang berlebihan dan deterjen.
b. Nitrat dan Nitrit
Kedua senyawa ini berasal dari penggunaan pupuk buatan yang berlebihan dan proses pembusukan materi organic.
c. Poliklorin Bifenil (PCB)
Senyawa ini berasal dari pemanfaatan bahan-bahan pelumas, plastik dan alat listrik.
d. Residu Pestisida Organiklorin
Residu ini berasal dari penyemprotan pestisida padaa tanaman untuk membunuh serangga.
e. Minyak dan Hidrokarbon
Minyak dan hidrokarbon dapat berasal dari kebocoran pada roda dan kapal pengangkut minyak.
f. Radio Nuklida
Radio nuklida atau unsur radioaktif berasal dari kebocoran tangki penyimpanan limbah radioaktif.
g. Logam-logam Berat
Logam berat berasal dari industri bahan kimia, penambangan dan bensin.
h. Limbah Pertanian
Limbah pertanian berasal dari kotoran hewan dan tempat penyimpanan makanan ternak.
i. Kotoran manusia
Kotoran manusia berasal dari saluran pembuangan tinja manusia.
2.2 Macam-Macam Sumber Polusi Air
Sumber polusi air antara lain limbah industri, pertanian dan rumah tangga. Ada beberapa tipe polutan yang dapat masuk perairan yaitu : bahan-bahan yang mengandung bibit penyakit, bahan-bahan yang banyak membutuhkan oksigen untuk pengurainya, bahan-bahan kimia organic dari industri atau limbah pupuk pertanian, bahan-bahan yang tidak sedimen (endapan), dan bahan-bahan yang mengandung radioaktif dan panas.
Penggunaan insektisida seperti DDT (Dichloro Diphenil Trichonethan) oleh para petani, untuk memberantas hama tanaman dan serangga penyebar penyakit lain secara berlabihan dapat mengakibatkan pencemaran air. Terjadinya pembusukan yang berlebihan diperairan dapat pula menyebabkan pencemeran. Pembuangan sampah dapat mengakibatkan kadar O2 terlarut dalam air semakin berkurang karena sebagian besar dipergunakan oleh bakteri pembusuk.
Pembuangan sampah organic maupun yang anorganic yang dibuang kesungai terus-menerus, selain mencemari air, terutama dimusim hujan ini akan menimbulkan banjir. Belakangan ini musibah karena polusi air datang seakan tidak terbendung lagi disetip musim hujan. Sebenarnya air hujan adalah rahmat. Akan tetapi rahmat dapat menjadi ujian apabila kita tidak mengelolanyadengan benar.
Jika kita amati, air adalah unsur alam yang penting bagi manusia dengan sifat mengalir dan meresapnya. Apabila jalur-jalur alirannya terganggu dan lahan resapannya terbatas, air akan mengalir kesegala penjuru mengisi ruang-ruang yang paling rendah. Akhirnya terjadilah banjir. Karena itu yang disebut polusi air karena banyak kita yang kurang disiplin, misalnya dalam kebersihan lingkungan dan membuang sampah sembarangan.
Musibah banjir dapat terbagi dua akibat polusi air antara lain :
1. Banjir bandang (banjir besar), terjadi akibat air meluap dari jalur-jalur aliran (sungai) dengan volume air yang besar.
2. Banjir genangan yaitu banjir local (setempat) akibat tergenangnya / terkonsentrasinya air hujan disuatu daerah yang saluran air (arainase) dan lahan resapannya terbatas. Akibatnya dalam waktu tertentu (temporer) air akan mengalir disekitar lingkungan rumah kita.
2.3 Bahaya Dari Akibat Polusi Air
Bibit-bibit penyakit berbagai zat yang bersifat racun dan bahan radioaktif dapat merugikan manusia. Berbagai polutan memerlukan O2 untuk pengurainya. Jika O2 kurang , pengurainya tidak sempurna dan menyebabkan air berubah warnanya dan berbau busuk. Bahan atau logam yang berbahaya seperti arsenat, uradium, krom, timah, air raksa, benzon, tetraklorida, karbon dan lain-lain. Bahan-bahan tesebut dapat merusak organ tubuh manusia atau dapat menyebabkan kanker. Sejumlah besar limbah dari sungai akan masuk kelaut.
Polutan ini dapat merusak kehidupan air sekitar muara sungai dan sebagian kecil laut muara. Bahan-bahan yang berbahaya masuk kelaut atau samudera mempunyai akibat jangka panjang yang belum diketahui. Banyak jenis kerang-kerangan yang mungkin mengandung zat yang berbahaya untuk dimakan. Laut dapat pula tecemar oleh minyak yang asalnya mungkin dari pemukiman, pabrik, melalui sungai atau dari kapal tanker yang rusak. Minyak dapat mematikan, burung dan hewan laut lainnya, sebagai contoh, efek keracunan hingga dapat dilihat di Jepang. Merkuri yang dibuang sebuah industri plastik keteluk minamata terakumulasi di jaringan tubuh ikan dan masyarakat yang mengkonsumsinya menderita cacat dan meninggal.
Akibat yang ditimbulkan oleh polusi air:
a. Terganggunya kehidupan organisme air karena berkurangnya, kandungan oksigen
b. Terjadinya ledakan ganggang dan tumbuhan air (eurotrofikasi)
c. Pendangkalan dasar perairan
d. Tersumbatnya penyaring reservoir, dan menyebabkan perubahan ekologi
e. Dalam jangka panjang adalah kanker dan kelahiran cacat
f. Akibat penggunaan pertisida yang berlebihan sesuai selain membunuh hama dan penyakit, juga membunuh serangga dan makhluk berguna terutama predator
g. Kematian biota kuno, seperti plankton, iakn, bahkan burung
h. Mutasi sel, kanker, dan leukeumia
2.4 Usaha-usaha Mengatasi dan Mencegah Polusi Air
Pengenceran dan penguraian polutan air tanah sulit sekali karena airnya tidak mengalir dan tidak mengandung bakteri pengurai yang aerob jadi, air tanah yang tercemar akan tetap tercemar dalam yang waktu yang sangat lama, walau tidak ada bahan pencemaran yang masuk. Karena ini banyak usaha untuk menajaga agar tanah tetap bersih misalnya:
1. Menempatkan daerah industri atau pabrik jauh dari daerah perumahan atau pemukiman
2. Pembuangan limbah industri diatur sehingga tidak mencermari lingkungan atau ekosistem
3. Pengawasan terhadap penggunaan jenis – jenis pestisida dan zat – zat kimia lain yang dapat menimbulkan pencemaran
4. Memperluas gerakan penghijauan
5. Tindakan tegas terhadap perilaku pencemaran lingkungan
6. Memberikan kesadaran terhadap masyaratkat tentang arti lingkungan hidup sehingga manusia lebih lebih mencintai lingkungan hidupnya
7. Melakukan intensifikasi pertanian
Adapun cara lain untuk mengatasi polusi air atau yang dikenai dengan sebutan banjir pun ada dua macam
1. Banjir Bandang dapat diatasi secara meluas dengan didukung berbagai disiplin ilmu
2. banjir genangan dapat diatasi dengan membersihkan air dari penyumbatan yang mengakibatkan air meluap
banyak orang mengatakan ” lebih baik mecegah dari pada mengatasi”, hal ini berlaku pula pada banjir genangan di bawah ini ada sejumlah langkah yang dapat kita lakukan untuk mencegah banjir genangan :
1. dalam merencanakan jalan – jalan lingkungan baik itu program pemerintah maupun swadaya masyarakat sebaiknya memilih material jalan yang menyerap air misalnya, penggunaan bahan dari paving blok (blok – blok adukan beton yang disusun dengan rongga – rongga resapan air disela – selanya. Hal yang tidak kalah pentingnya adalah penataan saluran / drainase lingkjungan pembuatannyapun harus bersamaan dengan pembuatan jalan tersebut
2. Apabila di halaman pekarangan rumah kita masih terdapat ruang – ruang terbuka, buatlah sumur – sumur resapan air hujan sebanyak –banyaknya. Fungsi sumur resapan air ini untuk mempercepat air meresap kedalam tanah.
Dengan membuat sumur resapan air hujan tersebut, sebenarnya kita dapat memperoleh manfaat seperti berikut:
a. Persediaan air bersih dalam tanah disekitar rumah kita cukup baik dan banyak
b. Tanah bekas galian sumur dapat dipergunakan untuk menimbun lahan – lahan yang rendah atau meninggikan lantai rumah
c. Apabila air hujan tidak tertampung dalam sebuah selokan – selokan rumah / talang – talang rumah, air dapat dialirkan kesumur – sumur resapan. Janganlah membuang sampah atau mengeluarkan air limbah rumah tangga (air bekas mandi, cucian dan sebagainya) kedalam sumur resapan air hujan karena bisa mencemarkan kandungan air tanah. Khusus untuk buangan air limbah rumah tangga, buatlah sumur resapan tersendiri
d. Apabila air banjir masuk kerumah mencapai ketinggian 20-50 cm satu – satunya jalan adalah meninggikan lantai rumah kita diatas ambang permukaan air banjir
e. Cara lain adalah membuat tanggul di depan pintu masuk rumah kita. Cara ini sudah umum dilakukan orang hanya teknisnya sering kurang terencana secara mendetail
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan dari Bab II dapat disimpulkan sebagai berikut :
 Polusi adalah peristiwa masuknya zat, energi unsure atau komponen lainØ ke dalam lingkungan akibat aktifitas manusia atau proses alami
 Segala sesuatu yang menyebabkan polusi disebut polutanØ
 Polusi air adalah peristiwaØ masuknya zat, energi, unsure, atau komponen lainya ke dalam air sehingga kualitas air terganggu
 Sumber polusi air antara lain limbah industri, pertanian, dan rumah tanggaØ
 Polusi air juga dapat menimbulkan bencana diantaranya banjirØ
 Elektrofikasi adalah penimbunan mineral yang menyebabkan peledakan alga secara serentak menutupi pencemaran airØ
 Bahan atau logam berbahaya seperti arsenat, benzon, timah dan lain –Ø lain dapat merusak organ tubuh manusia dan menyebabkan kanker
 Akibat yang ditimbulkan polusi air dalam zangua pasang adalah kanker dan kelahiran bayi cacatØ
 Melakukan intensifikasi pertanianØ
 Banjir genangan dapat diatasi dengan membersihkan saluran air dari penyumbatanØ
3.2 Saran
Saran yang penulis akan sampaikan :
 Hindari pemakaian obat pemberantas hama dan serangga secara berlebihan.Ø
 Sebaiknya kita berhati-hati dalam menggunakan air, karena air itu ada yang terpolusi dan tidak terpolusi.Ø
 Jagalah agar air di lingkungan rumah dan sekitarnya agar tetap bersih dan terhindar dari pencemaran air.Ø
 Jangan membuang sampah kesungai, dan jika terjadi penimbunan sampah di sungai akan mengakibatkan banjirØ

DAFTAR PUSTAKA
Djambur. W. Sukarno. 1993. Biologi I untuk Sekolah Menengah Umum. Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, pusat perbukuan.
Ahya M Salman, 1993, Biologi I untuk Sekolah Menengah Umum, Depdikbud, Jakarta
Santiyono, 1994. Biologi I untuk Sekolah Menengah Umum, penerbit Erlangga